Minggu, 08 Januari 2017

Identifikasi Bangsa Sapi Perah



 Identifikasi bangsa sapi perah

Nomor
sapi
Komposisi
Warna
Batas
warna
Warna bulu
kipas ekor
Warna lutut kaki
Warna perut
bawah
Warna putih
di dahi
Performa
Ambing
F-03
Hitam putih
Jelas
Putih
Putih
Putih
Ada, memanjang
Kecil
C-01
Hitam putih (50:50)
Jelas
Putih
Putih
Putih
Ada, memanjang
Kecil
J-01
Hitam putih (60:40)
Jelas
Putih
Putih
Putih
Ada
Besar
E-51
Hitam putih
Jelas
Putih
Hitam putih
Putih
Ada, membentuk segitiga
Kecil

Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa sapi nomor F-03, C-01, J-01, dan E-51 merupakan sapi Friesien Holstein (ataupun peranakan) karena mempunyai komposisi warna hitam dan putih dengan batas warna yang jelas. Sapi Friesien Holstein mempunyai warna yang cukup terkenal, belang putih dan ini merupakan warna yang dominan. Warna belang hitam-putih tersebut mempunyai perbatasan yang tegas sehingga tidak ada warna bayangan, dan perbandingan antara warna hitam dan putih tidak tentu atau tidak tetap. Bulu kipas ekor, bagian perut dan kaki dari tracak sampai lutut (knee) atau hock berwarna putih. Bangsa Friesien Holstein murni dianggap cacat warna apabila ditemui sapi tersebut berwarna hitam atau putih mulus, ada warna hitam pada bagian perut atau bulu kipas ekor, warna hitam pada kaki dari kuku atau teracak sampai lutut, dan pada batas warna hitam dengan putih terapat warna bayangan atau gabungan antara warna hitam dengan putih (Prihadi dan Adiarto, 2008).
Setiap bangsa sapi mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam hal produksi susu dan kadar lemak susu. Berdasarkan produksi susu (volume produksi) secara berurutan dari produksi yang paling tinggi sampai yang paling rendah adalah Fries Hollands, Brown Swiss, Red Polled, Ayrshire, Guernsey, Red Danish, Jersey, dan Milking Shorthorn. Berdasarkan kadar lemak secara berurutan dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah yaitu Jersey, Guernsey, Red Danish, Ayrshire, Brown Swiss, Milking Shorthorn, Red Polled, dan Fries Hollands, sedangkan untuk jumlah produksi lemak yang dihasilkan secara berurutan antara lain Fries Holland, Brown Swiss, Jersey, Guernsey, Ayrshire, Red Danish, Red Polled, dan Milking Shorthorn (Makin, 2011).
Sapi perah asli tropika menurut Murti (2007), terdiri dari sapi Damaskus, sapi Gir, sapi Ongole, dan sapi Sahiwal. Sapi perah asal subtropika terdiri dari sapi Friesian Holstein (FH), sapi Jersey, Guernsey, Ayrshire, dan sapi Brown Swiss. Sapi perah hasil persilangan yaitu sapi Australian Friesian Sahiwal (AFS), sapi Australian Milking Zebu (AMZ), sapi Jamaica Hope (JH), dan Karan Swiss. Sapi Damaskus berukuran sedang dengan tubuh tipis, warna kulit tubuh cerah kemerahan sampai coklat tua, produksi susu antara 1500 sampai 3000 kg per 200 sampai 300 hari laktasi. Sapi Gir berwarna putih dengan bintik merah gelap atau coklat merata ditubuh, menghasilkan susu sebanyak 1200 sampai 1800 kg per laktasi selama 240 sampai 380 hari. Sapi Ongole dikenal sebagai ternak pekerja namun juga dapat menghasilkan susu sampai 1500 kg per laktasi selama 300 sampai 330 hari. Sapi Sahiwal berwarna merah pucat kadang ada garis putih, produksi susu antara 1400 sampai 2500 kg per laktasi.
Sapi Jersey berwarna coklat, susu berwarna kuning karena kandungan karotennya tinggi serta presentase lemak dan bahan padatnya juga tinggi. Sapi Guernsey berwarna coklat muda dengan totol-totol putih yang nampak jelas. Sapi Guernsey produksi susu dengan warna kuning yang mencerminkan kadar karoten yang tinggi (karoten adalah pembentuk atau prekursor vitamin A). Sapi Ayrshire memiliki pola warna yang bervariasi dari merah dan putih sampai warna mahagoni dan putih. Sapi Brown Swiss memiliki warna yang bervariasi mulai dari coklat muda sampai coklat gelap.Sapi ini dikembangkan untuk tujuan produksi keju dan daging, serta produksi susunya dalam jumlah besar dengan kandungan bahan padat dan lemak yang relatif tinggi (Blakely dan Bade, 1998).


Sumber :
Nama pengarang     : Dwitiya Mahartini
Judul                       : Tata Laksana Pemeliharaan Sapi Perah
Tanggal penerbitan  : 13 Agustus 2012
Link                   :http://dwitiya-martharini.blog.ugm.ac.id/2012/08/13/tata-laksana-pemeliharaan-sapi-perah/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar