Minggu, 08 Januari 2017

MANAJEMEN USAHATERNAK KAMBING


           

BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Usaha ternak kambing merupakan salah satu usaha yang cukup menjanjikan, disamping perawatannya cukup mudah, ternak kambing juga memiliki potensi sebagai komponen usaha tani yang penting diberbagai agro ekosistem. Ternak kambing memiliki kapasitas adaptasi yang relatif lebih baik dibandingkan dengan beberapa etnis ternak ruminansia lain, seperti sapi, kerbau dan domba. Dengan karakter yang mampu bertahan pada kondisi marjinal, ternak ini sering menjadi pilihan utama diberbagai komunitas petani, sehingga berkembang sentra-sentra produksi kambing yang menyebar diberbagai agriekosistem. Namun demikian, pengelolaan ternak kambing dalam usaha tani sebagian besar masih dilakukan secara sambilan atau sebagai tabungan, walaupun secara finansial komoditas ini memiliki peran yang penting dalam perekonomian rumah tangga petani.
Kontribusi penting yang diperankan oleh ternak kambing tersebut diatas merupakan suatu potensi untuk mendorong semakin meningkatnya skala usaha pemeliharaan kambing sesuai dengan kapasitas daya dukung yang tersedia. Peningkatan skala usaha dan orientasi usaha kearah usaha yang komersial-intensif akan meningkatkan efisiensi produksi dan dapat memberi kontribusi pendapatan yang lebih nyata karena pasar yang tersedia, baik domestik maupun ekspor. Dengan demikian pola usaha diharapkan akan berubah kearah yang lebih intensif yang semakin membutuhkan inovasi teknologi untuk mencapai efisiensi produksi yang tinggi. Tipologi usaha produksi kambing pada umumnya merupakan usaha penghasil daging, walaupun dalam jumlah yang sedikit merupakan tipe penghasil susu.
TUJUAN
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pola manajemen usaha ternak kambing yang baik dalam rangka mencapai efisiensi produksi yang tinggi.
BAB II
TINJAUAN PUSATAKA
USAHA TERNAK KAMBING
Kambing banyak dipelihara oleh penduduk pedesaan (Mulyono, 2003).Dijelaskan lebih lanjut, alasannya pemeliharaan kambing lebih mudah dilakukan daripada ternak ruminansia besar. Kambing cepat berkembang biak dan pertumbuhan anaknya juga tergolong cepat besar. Menurut Sarwono (2005), nilai ekonomi, sosial, dan budaya beternak kambing sangat nyata. Dijelaskan lebih lanjut, besarnya nilai sumber daya bagi pendapatan keluarga petani bisa mencapai 14-25 % dari total pendapatan keluarga dan semakin rendah tingkat per luasan lahan pertanian, semakin besar nilai sumber daya yang diusahakan dari beternak kambing.
Pendapatan dan nilai tambah beternak kambing akan semakin nyata jika kaidah-kaidah usaha peternakan diperhatikan. Kaidah-kaidah itu antara lain penggunaan bibit yang baik, pemberian pakan yang cukup dari segi gizi dan volume, tatalaksana pemeliharaan yang benar, serta memperhatikan permintaan dan kebutuhan pasar.
Kambing adalah hewan dwi guna, yaitu sebagai penghasil susu dan sebagai penghasil daging (Williamson dan Payne, 1993). Kambing PE adalah bangsa kambing yang paling populer  dan dipelihara secara luas di India dan Asia Tenggara (Devendra dan Burns, 1994). Ciri-ciri kambing PE adalah warna bulu belang hitam putih atau merah dan coklat putih, hidung melengkung, rahang bawah lebih menonjol, jantan dan betina memiliki tanduk, telinga panjang terkulai, memiliki kaki dan bulu yang panjang (Sosroamidjojo, 1991). Kambing PE telah beradaptasi  terhadap kondisi dan habitat Indonesia (Mulyono, 2003).
Mulyono dan Sarwono (2005) menyatakan, bila tata laksana pemeliharaan ternak kambing yang sedang bunting atau menyusui dan anaknya baik, maka  bobot anak kambing bisa mencapai 10-14 kg/ekor ketika disapih pada umur 90-120 hari. Menurut Williamson dan Payne (1993), untuk kambing pedaging ada kecenderungan menunda penyapihan untuk memberikan kesempatan anak kambing memperoleh keuntungan yang maksimal dari susu induknya.
SISTEM PEMELIHARAAN
Sistem Pemeliharaan Secara Ekstensif
Sistem pemeliharaan secara ekstensif umumnya dilakukan di daerah yang mahal dan sulit untuk membuat kandang, kondisi iklim yang menguntungkan, dan untuk daya tampung kira-kira tiga sampai dua belas ekor kambing per hektar (Williamson dan Payne 1993).Sistem pemeliharaan secara ekstensif, induk yang sedang bunting dan anak-anak kambing yang belum disapih harus diberi persediaan pakan yang memadai (Devendra dan Burns, 1994).Rata-rata pertambahan bobot badan kambing yang dipelihara secara ekstensif dapat mencapai 20-30 gram per hari (Mulyono dan Sarwono, 2005).
Sistem Pemeliharaan Secara Intensif
Sistem pemeliharaan secara intensif memerlukan pengandangan terus menerus atau tanpa penggembalaan, sistem ini dapat mengontrol dari faktor lingkungan yang tidak baik dan mengontrol aspek-aspek kebiasaan kambing yang merusak (Williamson dan Payne 1993).Dalam sistem pemeliharaan ini perlu dilakukan pemisahan antara jantan dan betina, sehubungan dengan ini perlu memisahkan kambing betina muda dari umur tiga bulan sampai cukup umur untuk dikembangbiakkan, sedangkan untuk pejantan dan jantan harus dikandangkan atau ditambatkan terpisah (Devendra dan Burns, 1994). Pertambahan bobot kambing yang digemukkan secara intensif bisa mencapai 100-150 gram per hari dengan rata-rata 120 gram per hari atau 700-1.050 gram dengan rata-rata 840 gram per minggu (Mulyono dan Sarwono, 2005).
Sistem Pemeliharaan Secara Semi Intensif
Sistem pemeliharaan secara semi intensif merupakan gabungan pengelolaan ekstensif (tanpa penggembalaan) dengan intensif, tetapi biasanya membutuhkan penggembalaan terkontrol dan pemberian pakan konsentrattambahan (Williamson dan Payne 1993).Menurut Mulyono dan Sarwono (2005), pertambahan bobot kambing yang digemukkan secara semi-intensif, rata-rata hanya 30-50 gram per hari.
PAKAN
Menurut Sarwono (2005), kambing membutuhkan hijauan yang banyak ragamnya. Kambing sangat menyukai daun-daunan dan hijauan seperti daun turi, akasia, lamtoro, dadap, kembang sepatu, nangka, pisang, gamal, puteri malu, dan rerumputan.Selain pakan dalam bentuk hijauan, kambing juga memerlukan pakan penguat untuk mencukupi kebutuhan gizinya.Pakan penguat dapat terdiri dari satu macam bahan saja seperti dedak, bekatul padi, jagung, atau ampas tahu dan dapat juga dengan mencampurkan beberapa bahan tersebut.Sodiq (2002) menjelaskan, ditinjau dari sudut pakan, kambing tergolong dalam kelompok herbivora, atau hewan pemakan tumbuhan.Secara alamiah, karena kehidupan awalnya di daerah-daerah pegunungan, kambing lebih menyukai rambanan (daun-daunan) daripada rumput.
Menurut Kartadisastra (1997), kebutuhan ternak ruminansia terhadap pakan, dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat tergantung pada jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting atau menyusui), kondisi tubuh (sehat, sakit), dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur dan kelembaban nisbi udara).
Pakan sangat dibutuhkan oleh kambing untuk tumbuh dan berkembang biak, pakan yang sempurna mengandung kelengkapan protein, karbohidrat, lemak, air, vitamin dan mineral (Sarwono, 2005). Pemberian pakan dan gizi yang efisien, paling besar pengaruhnya dibanding faktor-faktor lain, dan merupakan cara yang sangat penting untuk peningkatan produktivitas (Devendra dan Burns, 1994).
PERKANDANGAN
Kandang diusahakan menghadap ke timur agar memenuhi persyaratan kesehatan ternak.Bahan yang digunakan harus kuat, murah dan tersedia di lokasi.Kandang dibuat panggung dan beratap dengan tempat pakan dan minum.Dinding kandang harus mempunyai ventilasi (lubang angin) agar sirkulasi udara lebih baik.
Kambing sebaiknya dipelihara dalam kandang agar:
1.      Memudahkan dalam pengawasan terhadap kambing yang sakit atau yang sedang dalam masa kebuntingan.
2.      Memudahkan dalam pemberian pakan.
3.      Menjaga keamanan ternak.
Ukuran Kandang
1.      Anak: 1 X 1,2 m /2 ekor (lepas sapih)
2.      Jantan dewasa: 1,2 X 1,2 m/ ekor
3.      Dara/ Betina dewasa:1 X 1,2 m /ekor
4.      Induk dan anak: 1,5 X 1,5 m/induk + 2 anak
Ada 2 macam bentuk kandang yaitu :
1.      Kandang dengan lantai tanah yang diatasnya cukup diberi jerami kering.
2.      Kandang berbentuk panggung dengan kolong di bawah nya.
PENGENDALIAN PENYAKIT
Menurut Sarwono (2005) menyatakan bahwa kegiatan pengendalian penyakit yang meliputi, sanitasi kandang, sanitasi peralatan, sanitasi lingkungan perkandangan, dan sanitasi pekerja. Kandang dibersihkan setiap satu minggu sekali. Sanitasi pekerja dilakukan dua kali sehari (mandi) yaitu sebelum dan sesudah melakukan aktivitas di kandang. Sanitasi pekerja dilakukan agar kebersihan dan kesehatan pekerja dapat terjaga sehingga terhindar dari kuman penyakit yang mungkin berasal dari kambing yang sedang sakit. Pengedalian penyakit  merupakan salah satu bagian daripada pemeliharaan ternak yang tidak dapat diabaikan begitu saja (Kartadisastra, 1997).
KEWIRAUSAHAAN TERNAK KAMBING
Ternak kambing mempunyai peranan yang sangat besar terhadap kehidupan sebagian besar masyarakat petani di pedesaan sehingga diperlukan upaya-upaya peningkatan produktivitas ternak. Ternak kambing mempunyai peranan pada tiga aspek utama yaitu aspek biologis, ekonomi dan sosial budaya masyarakat yang memungkinkan pengembangan ternak kambing (Sutama, 2004).
Bulu, et al, 2005b, menggambarkan bahwa pendapatan usaha pangan sebesar 78,9% dan pendapatan usaha ternak kambing sebesar 48,4% digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga. Sedangkan jumlah modal yang digunakan untuk usaha ternak kambing dari kedua sumber pendapatan tersebut adalah masing-masing 5,4% dan 5,6%. Hal ini menunjukkan bahwa petani lebih memprioritaskan ketahanan pangan rumah tangga sehingga modal yang dialokasikan untuk usaha ternak kambing relatif terbatas.
Beberapa masalah utama dalam pengembangan ternak kambing yaitu usaha pemeliharaan masih berupa usaha sampingan, penerapan teknologi rendah, keterbatasan bibit yang berkualitas, keterbatasan pakan pada musim kemarau dan keterbatasan tenaga kerja keluarga serta semakin menyempitnya lahan untuk pengembalaan (Bulu, et al, 2004bs).
BAB III
PEMBAHASAN
Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu, kotoran maupun kulitnya) relatif mudah. Meskipun secara tradisional telah memberikan hasil yang lumayan, jika pemeliharaannya ditingkatkan (menjadi semi intensif atau intensif), pertambahan berat badannya dapat mencapai 50 – 150 gram per hari. Ada tiga hal pokok yang harus diperhatikan dalam usaha ternak kambing, yaitu: pembibitan, pengendalian penyakit, makanan, dan Kandang.
Pembibitan
Pemilihan bibit atau bakalan ternak yang akan dipelihara tergantung dari selera petani peternak dan kemampuan modal yang dimiliki. Akan tetapi secara umum yang menjadi pilihan petani peternak adalah kambing yang mudah pemasarannya (Murtidjo, 1992). Pemilihan bibit harus disesuaikan dengan tujuan dari usaha, apakah untuk pedaging, atau perah (misalnya: kambing kacang untuk produksi daging, kambing etawah untuk produksi susu, dll). Secara umum ciri bibit yang baik adalah yang berbadan sehat, tidak cacat, bulu bersih dan mengkilat, daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan.
-          Ciri untuk Calon Induk:
1.      Tubuh kompak, dada dalam dan lebar, garis punggung dan pinggang lurus, tubuh besar, tapi tidak terlalu gemuk.
2.      Jinak dan sorot matanya ramah.
3.      Kaki lurus dan tumit tinggi.
4.      Gigi lengkap, mampu merumput dengan baik (efisien), rahang atas dan bawah rata.
5.      Dari keturunan kembar atau dilahirkan tunggal tapi dari induk yang muda.
6.      Ambing simetris, tidak menggantung dan berputing 2 buah.
-          Ciri untuk Calon Pejantan :
1.      Tubuh besar dan panjang dengan bagian belakang lebih besar dan lebih tinggi, dada lebar, tidak terlalu gemuk, gagah, aktif dan memiliki libido (nafsu kawin) tinggi.
2.      Kaki lurus dan kuat.
3.      Dari keturunan kembar.
4.      Umur antara 1,5 sampai 3 tahun.
Menurut Sumoprastowo (1980) bahwa tujuan beternak kambing adalah untuk memperoleh anak keturunan yang banyak dan cepat besar, sehingga bisa lekas dijual untuk memperoleh hasil susu kambing yang banyak dan berkualitas.
Perawatan Kambing
Perawatan merupakan salah satu bagian daripada pemeliharaan ternak yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Beberapa perawatan penting yang harus dilakukan secara rutin dalam pemeliharaan ternak kambing antara lain:
1.      Memandikan
Ternak yang tidak pernah dimandikan, maka bulunya akan kotor, gembel dan lembab. Keadaan seperti ini merupakan tempat yang baik untuk bersarangnya kuman penyakit, parasit dan jamur yang dapat membahayakan terhadap kesehatan ternak.
Tujuan memandikan ternak kambing yaitu untuk menjaga kesehatan dari kuman penyakit, parasit dan jamur yang bersarang dalam bulu. Ternak kambing yang dimandikan tampak lebih bersih, menarik dan lebih sehat.
Sebaiknya ternak dapat dimandikan secara rutin untuk jantan seminggu sekali sedangkan betina dapat dimandikan sebulan sekali. Dalam memandikan ternak jantan dapat di dalam kandang atau dapat dilakukan di luar kandang atau di tempat pemandian (sumur dan kolam renang), sedangkan ternak betina dimandikan di dalam kandang sekaligus untuk sanitasi kandang.                                                      
2.      Pemotongan Kuku
Pemotongan kuku merupakan salah satu dari kegiatan perawatan kesehatan ternak kambing. Kuku yang panjang akan mengganggu proses pertumbuhan anak, karena anak akan berjalan dengan tidak wajar akibat terganggu oleh kuku. Cara berjalan yang tidak wajar tersebut akan terus terbawa sampai dewasa, hal ini akan menurunkan nilai jual. Pada kambing dewasa, pemotongan kuku juga merupakan langkah preventif terhadap kemungkinan terjangkitnya penyakit kuku (pododermatitis) akibat banyak terselipnya kuman-kuman penyakit pada sela-sela kuku.
Selain itu kuku yang panjang terutama pada jantan akan mengganggu proses perkawinan karena pejantan tidak bisa berdiri secara sempurna. Jika kuku tersebut patah maka akan mengakibatkan luka dan infeksi. Pemotongan kuku pada anak dimulai sejak anak berumur 6 bulan dan selanjutnya dilakukan seperti pada induk betina dan pejantan, yaitu 3-6 bulan sekali.
3.      Pemberian telur dan madu
Pemberian telur dan madu ini khusus dilakukan pada kambing pejantan pemacek, dengan tujuan untuk meningkatkan stamina, menjaga kesehatan dan memperbanyak sel telur yang dihasilkan. Pemberian telur ini biasanya diberikan setelah jantan melakukan perkawinan atau pada saat menjelang pejantan tersebut akan turun lapang (diadukan). Dosis pemberian yaitu 1 telur dicampur dengan madu sebanyajk 3 sendok teh, dan pemberiannya dengan cara dicekokkan.  
Pakan
Jenis dan cara pemberiannya disesuaikan dengan umur dan kondisi ternak. Pakan yang diberikan harus cukup protein, karbohidrat, vitamin dan mineral, mudah dicerna, tidak beracun dan disukai ternak, murah dan mudah diperoleh. Pada dasarnya ada dua macam makanan, yaitu hijauan (berbagai jenis rumput dan legum) dan makan tambahan (berasal dari kacang-kacangan, tepung ikan, bungkil kelapa, vitamin dan mineral).
Cara pemberiannya :
Diberikan 2 kali sehari (pagi dan sore), berat rumput 10% dari berat badan kambing, berikan juga air minum 1,5 – 2,5 liter per ekor per hari, dan garam berjodium secukupnya.
Untuk kambing bunting, induk menyusui, kambing perah dan pejantan yang sering dikawinkan perlu ditambahkan makanan penguat dalam bentuk bubur sebanyak 0,5 – 1 kg/ekor/hari.
Kandang
Sebaiknya ternak dipelihara dalam kandang agar :
1.      Memudahkan pengawasan terhadap ternak yang sakit, atau yang sedang dalam masa kebuntingan.
2.      Memudahkan dalam pemberian pakan
3.      Menjaga keamanan ternak.
Ada 2 macam bentuk kandang yaitu :
1.      Kandang dengan lantai tanah yang diatasnya cukup diberi jerami kering.
2.      Kandang berbentuk panggung dengan kolong di bawah nya.
Syarat-syarat kandang yang baik adalah :
1.      Kandang cukup luas, kira-kira 1 m2 per ekor kambing dewasa.
2.      Tempat harus kering, mendapat cukup sinar matahari pagi dan mudah dibersihkan.
3.      Terlindung dari hujan, angin langsung dan terik matahari.
4.      Sebaiknya di sekeliling kandang (terutama yang berlantai tanah) dibuat parit untuk menghindari becek dalam kandang.
5.      Kotoran harus mudah dibuang yaitu dengan membuat lobang di bawah kandang agar kotoran dan bahan sisa lainnya langsung jatuh ke dalam lobang, yang merupakan bahan pembuat pupuk kandang.
6.      Letak kandang tidak terlalu dekat dengan rumah atau bangunan lain
7.      Kandang terbuat dari bahan yang cukup kuat, tetapi murah dan mudah didapat. Alas dapat dibuat dari bambu atau kayu yang disusun/dianyam agak jarang. Dinding kandang dari bambu atau kayu sedang atap dari rumbia kajang, alang-alang, dan sebagainya. Tinggi lantai diatas permukaan tanah 50-70 Cm, sedang jarak lantai ke atap 150-175 Cm. Pada bagian belakang dibuatkan pintu dan tangga untuk keluar masuk ternak dan pada sis kandang sebelah depan dibuatkan tempat makanan dan minuman.
8.      Tempat makanan berupa bak dari kayu atau bambu dibuat sepanjang sisi depan bagian luar kandang dengan lebar kira-kira 50 Cm. Letaknya lebih tinggi 20-30 Cm dan lantai kandang.
9.      Tempat minuman dari ember plastik atau belanga dari tanah diletakkan di samping bak makanan. Tempat garam dibuat dari bambu atau kotak kayu yang dipakukan setinggi kira-kira 50 Cm dari lantai. Terutama untuk kandang berlantai tanah harus diberi alas jerami kering yang perlu dibalik-balik jika sudah terlalu basah atau segera diganti dengan jerami yang baru.
Pengendalian Penyakit
Secara umum pengendalian dan pencegahan penyakit yang terjadi pada kambing dapat dilakukan dengan:
1.      Menjaga kebersihan kandang, dan mengganti alas kandang.
2.      Mengontrol anak kambing sesering mungkin.
3.      Memberikan nutrisi dan makanan penguat yang mengandung mineral, kalsium dan mangannya.
4.      Memberikan makanan sesuai jadwal dan jumlahnya, Hijauan pakan yang baru dipotong sebaiknya dilayukan lebih dahulu sebelum diberikan.
5.      Menghindari pemberian makanan kasar atau hijauan pakan yang
terkontaminasi siput dan sebelum dibrikan sebainya dicuci dulu.
6.      Sanitasi yang baik, sering memandikan domba dan mencukur bulu
7.      Tatalaksana kandang diatur dengan baik.
8.      Melakukan vaksinasi dan pengobatan pada domba yang sakit.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan

Usaha peternakan, khususnya ternak kambing tidak lagi sekedar  sebagai usaha sampingan, hobi ataupun tabungan, tetapi lebih sebagai usaha pokok yang dapat diandalkan sebagai sumber pendapatan utama keluarga. Petani harus berpikir rasional untuk mengelola kelembagaan kelompoknya, teknis budidayanya, permodalan dan mampu menganalisa secara finansial usaha yang digelutinya. Untuk itu petani perlu mencatat semua kebutuhan sarana produksi seperti biaya pengadaan bibit, pengadaan pakan, tenaga kerja yang telah dikeluarkan maupun hasil yang diperoleh.


Sumber :
Nama pengarang     : Dody Miza
Judul                       : Makalah Manajemen Usaha Ternak Kambing
Waktu penerbitan    : 15.38
Link http://dodymisa.blogspot.com/2015/05/makalah-manajemen-usaha-ternak-kambing.html#ixzz4VR2Uj6ca

Tidak ada komentar:

Posting Komentar