1) Tetelo (Newcastle Disease/ND)
Pertama kali
ditemukan oleh Kraneveld di Jakarta (1926). Setahun kemudian, virus tetelo
ditemukan juga di Newcastle (Inggris). Sejak saat itu, penyakit ini dikenal
sebagai newcastle disease (NCD) dan ditemukan di berbagai penjuru dunia. Di
India, penyakit ini dikenal dengan nama aanikhet. Penyakit ini merupakan suatu
infeksi viral yang menyebabkan gangguan pada saraf pernapasan. Disebabkan virus
Paramyxo yang bersifat menggumpalkan sel darah dan biasanya
dikualifikasikan menjadi:
a.
Velogenik
b.
Mesogenic
c.
Lentogenik
1.
Tipe Velogenik, yaitu Strain yang sangat berbahaya atau disebut
dengan Viscerotropic Velogenic Newcastle Disease (VVND) Tipe Velogenic ini
menyebabkan kematian yang luar biasa bahkan hingga 100%.
2. Tipe Mesogenic, Kematian tipe
mesogenic pada anak ayam mencapai 10% tetapi ayam dewasa jarang mengalami
kematian. Pada tingkat ini ayam akan menampakan gejala seperti gangguan
pernapasan dan saraf.
3. Tipe Lentogenik, merupakan
stadium yang hampir tidak menyebabkan kematian. Hanya saja dapat menyebabkan
produktivitas telur menjadi turun dan kualitas kulit telur menjadi jelek.
Gejala yang tampak tidak terlalu nyata hanya terdapat sedikit gangguan
pernapasan.
Virus ini
tidak akan bertahan lebih dari 30 hari pada lokasi pemaparan.
Gejala: ayam
sering megap-megap, nafsu makan turun, diare dan senang berkumpul pada tempat
yang hangat, ayam sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok,
lesu, mata ngantuk, Jengger dan kepala kebiruan, kornea menjadi keruh, sayap
turun, tinja encer kehijauan kadang berdarah. Setelah 1 sampai 2 hari muncul
gejala (tortikolis) syaraf, yaitu kaki lumpuh, leher berpuntir dan kepala ayam
berputar-putar yang akhirnya mati. Belum ada obat yang dapat menyembuhkan, maka
untuk mengurangi kematian, ayam yang masih sehat divaksin ulang atau dengan
melakukan vaksinasi melalui tetes mata atau hidung pada anak ayam umur 3-4
hari, umur 3 minggu dan setiap 3 bulan secara teratur, peralatan dan kandang
dijaga supaya tetap bersih. Vaksinasi pertama ayam umur 3-4 hari dengan vaksin
Bl, diulangi setelah 3 minggu dengan vaksin Lasota dan kemudian setiap 3 bulan.
Dan dijaga agar lantai kandang tetap kering.
Pengendalian:
(1) menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, binatang
vektor penyakit tetelo, ayam yang mati segera dibakar/dibuang; (2) pisahkan
ayam yang sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju yang
mensucihamakan/ steril serta melakukan vaksinasi NCD. Sampai sekarang belum ada
obatnya.
2)
Penyakit cacar ayam
Dengan
memberikan vaksinasi, mencungkil kutil-kutil dengan gunting dan diolesi dengan
yodium tintur, atau obat anti infeksi dan cuci hamakan kandang.
3) Gumboro (Infectious Bursal Disease/IBD)
Penyakit gumboro (Infectious Bursal Disease / IBD) ini ditemukan tahun 1962
oleh Cosgrove di daerah Delmarva Amerika Serikat. Penyakit Gumboro merupakan
penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang disebabkan virus golongan
Reovirus. Ayam yang terkena penyakit Gumboro akan
menunjukkan gejala seperti hilangnya nafsu makan, gangguan saraf, merejan, suka bergerak tidak
teratur, diare, tubuh gemetar, peradangan
disekitar dubur, bulu di sekitar anus kotor dan
lengket serta diakhiri dengan kematian ayam. Sering menyerang pada umur
36 minggu. Dapat dilakukan adalah pencegahan dengan vaksin Gumboro. Penyakit Gumboro menyerang kekebalan tubuh ayam, terutama
bagian fibrikus dan thymus. Kedua bagian ini merupakan pertahanan tubuh ayam.
Pada kerusakan yang parah, antibodi ayam tersebut tidak terbentuk. Karena
menyerang system kekebalan tubuh, maka penyakit ini sering disebut sebagai
AIDSnya ayam. Penyakit Gumboro sendiri sebenarnya memang tidak menyebabkan
kematian secara langsung pada ayam, tetapi karena adanya infeksi sekunder yang
mengikutinya akan menyebabkan kematian dengan cepat karena virus Avibirnavirus
bersifat imunosupresif yang menyebabkan kekebalan tubuhnya tidak bekerja
sehingga memudahkan kawanan ayam yang diserang oleh virus dan infeksi sekunder
oleh bakteri. penyakit Gumboro merupakan penyakit yang dapat merusak morfologi
dan fungsi organ limfoid primer, terutama bursa fabricius. Rusaknya bursa
fabricius akan mengakibatkan suboptimalnya pembentukan antibodi terhadap
berbagai program vaksinasi, sehingga kepekaan terhadap berbagai agen penyakit
menjadi meningkat.. Penyakit ini menyerang bursa fabrisius, khususnya menyerang
anak ayam umur 3–6 minggu.
Penularan penyakit Gumboro atau IBD dapat melalui kontak langsung antara
ayam yang muda dengan ayam yang sakit atau terinfeksi pada peternakan yang mempunyai
ayam berbagai umur dapat mengakibatkan infeksi ini terus menyebar dan sangat
sulit dikendalikan. Penularan secara langsung melalui kotoran dan tidak
langsung melalui pakan, air minum dan peralatan yang tercemar.
Peralatan, kandang, air minum dan pakaian petugas yang terkontaminasi
Gumboro dapat juga memperparah kejadian penyakit tersebut. Penyakit Gumboro
tidak menular dengan perantaraan telur dan ayam yanng sudah sembuh tidak
menjadi carrier.
Penanggulangan Gumboro ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu
vaksinasi, dan menjaga kebersihan lingkungan kandang. Tips yang dapat digunakan untuk disinfeksi kandang ayam
yang pernah tercemar virus gumboro. Disarankan penggunaan formalin 10 % (1
bagian formalin 38 % dicampur ke dalam 9 bagian air) atau dengan 0,25% larutan
soda api (2,5 gram soda api kedalam 1 liter air).
Pengobatan Gumboro dapat dengan pemberian obat-obat untuk gumboro, juga ada
obat tradisional dengan penggunaan daun teh.
4) Penyakit Ngorok (Chronic Respiratory
Disease)
Merupakan
infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri Mycoplasma
gallisepticum. Gejala yang nampak adalah ayam sering bersin dan ingus keluar
lewat hidung dan ngorok saat bernapas. Pada ayam muda menyebabkan tubuh lemah,
sayap terkulai, mengantuk dan diare dengan kotoran berwarna hijau, kuning
keputih-keputihan. Penularan melalui pernapasan dan lendir atau melalui
perantara seperti alat-alat. Pengobatan dapat dilakukan dengan obat-obatan yang
sesuai. Untuk ayam broiler atau ayam pedaging penyakit CRD masih menduduki
posisi pertama (yang sering menyerang ayam pedaging).
Berikut
urutan penyakit yang sering menyerang ayam pedaging:
1. CRD
komplek 20.32%
2. CRD
19.36%
4.
Colibacillosis 14.12%
5.
Gumboro 8.24 %
6.
Koksi 4.49%
7
ND 3.85%
8.
Leucocytozoonosis 3.21%
9.
Kolera 2.14 %
10.
AI 2.03%
Jadi
kesimpulan dari data di atas bahwa penyakit CRD kompleks sangat berbahaya pada
ayam dewasa tidak sampai menimbulkan kematian yang terlihat secara signifikan.
Walaupun kadar kesakitan terhadap ayam tersebut sangat tinggi.
Apabila sudah terlihat gejala dari penyakit ngorok maka segera mungkin untuk ditangani karena dikhawatirkan penyakit E.coli akan masuk kedalam tubuh ayam dan menjangkit secara perlahan dan akan terjadilah penyakit yang sangat berbahaya yang di sebut dengan CRD komplek.
Apabila sudah terlihat gejala dari penyakit ngorok maka segera mungkin untuk ditangani karena dikhawatirkan penyakit E.coli akan masuk kedalam tubuh ayam dan menjangkit secara perlahan dan akan terjadilah penyakit yang sangat berbahaya yang di sebut dengan CRD komplek.
Dan dalam
penggunaan obat, sangat di anjurkan sekali bahwa setiap 4 periode pemeliharaan,
pemakaian obat-obatan atau antibiotik harus di lakukan penggantian, maksudnya
untuk mencegah terjadinya resistensi obat pada ayam.
5) Berak Kapur (Pullorum)
Disebut
penyakit berak kapur karena gejala yang mudah terlihat adalah ayam diare
mengeluarkan kotoran berwarna putih dan setelah kering menjadi seperti serbuk
kapur. Disebabkan oleh bakteri Salmonella pullorum (Anonimus, 2009).
Kematian
dapat terjadi pada hari ke-4 setelah infeksi. Penularan melalui kotoran.
Pengobatan belum dapat memberikan hasil yang memuaskan, yang sebaiknya
dilakukan adalah pencegahan dengan perbaikan sanitasi kandang. Infeksi bibit
penyakit mudah menimbulkan penyakit, jika ayam dalam keadaan lemah atau stres.
Kedua hal tersebut banyak disebabkan oleh kondisi lantai kandang yang kotor,
serta cuaca yang jelek. Cuaca yang mudah menyebabkan ayam lemah dan stres
adalah suhu yang terlalu panas, terlalu dingin atau berubah-ubah secara
drastis. Penyakit, terutama yang disebabkan oleh virus sukar untuk disembuhkan.
Untuk itu harus dilakukan sanitasi secara rutin dan ventilasi kandang yang baik
(Anonimus, 2009). Pullorum merupakan penyakit menular pada ayam yang dikenal
dengan nama berak putih atau berak kapur (Bacilary White Diarrhea= BWD). Penyakit
ini menimbulkan mortalitas yang sangat tinggi pada anak ayam umur 1-10 hari.
Selain ayam, penyakit ini juga menyerang unggas lain seperti kalkun, puyuh,
merpati, beberapa burung liar.
6.) Etiologi
Pullorum
atau Berak kapur disebabkan oleh bakteri salmonella pullorum dan bakteri gram
negatif. Bakteri ini mampu bertahan ditanah selama 1 tahun.
Kejadian penyakit. Di Indonesia penyakit pullorum merupakan penyakit menular yang sering ditemui. Meskipun segala umur ayam bisa terserang pullorum tapi angka kematian tertinggi terjadi pada anak ayam yang baru menetas. Angka morbiditas pada anak ayam sering mencapai lebih dari 40% sedangkan angka mortalitas atau angka kematian dapat mencapai 85%.
Kejadian penyakit. Di Indonesia penyakit pullorum merupakan penyakit menular yang sering ditemui. Meskipun segala umur ayam bisa terserang pullorum tapi angka kematian tertinggi terjadi pada anak ayam yang baru menetas. Angka morbiditas pada anak ayam sering mencapai lebih dari 40% sedangkan angka mortalitas atau angka kematian dapat mencapai 85%.
Cara penularan
Penularan
penyakit Pullorum dapat melalui 2 jalan yaitu:
-Secara vertikal yaitu induk menularkan kepada anaknya melalui telur.
-Secara horizontal terjadi melalui kontak langsung antara unggas secara klinis sakit dengan ayam karier yang telah sembuh, sedangkan penularan tidak langsung dapat melalui kontak dengan peralatan, kandang, litter dan pakaian dari pegawai kandang yang terkontaminasi.
-Secara vertikal yaitu induk menularkan kepada anaknya melalui telur.
-Secara horizontal terjadi melalui kontak langsung antara unggas secara klinis sakit dengan ayam karier yang telah sembuh, sedangkan penularan tidak langsung dapat melalui kontak dengan peralatan, kandang, litter dan pakaian dari pegawai kandang yang terkontaminasi.
Gejala
klinis
ü Nafsu makan menurun
ü Feses (kotoran) kotoran berwarna putih seperti
kapur
ü Kotorannya menempel di sekitar dubur berwarna
putih
ü Kloaka akan menjadi putih karena
feses yang telah kering
ü Jengger berwarna keabuan
ü Mata menutup dan nafsu makan turun
ü Badan anak ayam menjadi lemas
ü Sayap menggantung dan kusam
ü Lumpuh karena arthritis
ü Suka bergerombol
Diagnosis
Isolasi dan
identifikasi salmonella pullorum dapat diambil melalui hati, usus maupun kuning
telur dapat dilakukan pembiakan kedalam medium. Ayam karier yang sudah sembuh
dapat diidentifikasi dengan penggumpalan darah secara cepat (rapid whole blood
plate aglutination test).
Pengobatan
Pengobatan
Berak Kapur dilakukan dengan menyuntikkan antibiotik seperti furozolidon,
coccilin, neo terramycin, tetra atau mycomas di dada ayam. Obat-obatan ini
hanya efektif untuk pencegahan kematian anak ayam, tapi tidak dapat
menghilangkan infeksi penyakit tersebut. Sebaiknya ayam yang terserang
dimusnahkan untuk menghilangkan karier yang bersifat kronis.
Pencegahan
Beberapa
tindakan pencegahan yang dapat dilakukan oleh para peternak ayam adalah :
ü Menjaga kebersihan lingkungan hidup
ayam.
ü Menjaga kebersihan kandang dengan
cara disucihamakan dengan menggunakan larutan kaporit ( takaran 1 : 1.000 ).
ü Pengapuran kandang.
ü Pembuangan kotoran ayam jauh dari lokasi
peternakan.
ü Perlindungan dari serangan berbagai macam
hewan liar.
ü Pengkarantinaan ayam yang terserang
penyakit.
ü Pemusnahan bangkai ayam ( dibakar
atau dipendam ).
ü Ayam yang dibeli dari distributor
penetasan atau suplier harus memiliki sertifikat bebas salmonella pullorum.
ü Melakukan desinfeksi pada kandang
dengan formaldehyde 40%.
ü Ayam yang terkena penyakit sebaiknya
dipisahkan dari kelompoknya, sedangkan ayam yang parah dimusnahkan.
6) Berak darah (Coccidiosis)
Gejala:
tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam
menggigil kedinginan.
Pengendalian:
(1) menjaga kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering; (2) dengan
Tetra Chloine Capsule diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet
dilarutkan dalam air minum atau sulfaqui moxaline, amprolium, cxaldayocox.
Kholera atau
dikenal juga dengan nama fowl cholera, avian pasteurellosis dan avian
hemorrhagic septicaemia merupakan salah satu penyakit infeksius yang banyak
menyebabkan masalah di peternakan ayam dan kalkun. Kholera merupakan penyakit
bakterial yang umum ditemukan pada peternakan kecil di Asia. Mortalitas dapat
mencapai 80% terutama pada musim penghujan. Penyakit ini biasanya menyerang
ayam diatas 6 minggu ditandai dengan adanya peningkatan angka kematian yang
mendadak dan tidak terduga. Kholera banyak ditemukan pada ayam yang stress
akibat sanitasi yang jelek, malnutrisi, kandang terlalu padat, dan adanya
penyakit lain. Kalkun lebih rentan terhadap penyakit ini dibandingkan dengan
ayam, dan ayam yang tua lebih rentan dibanding yang masih muda. Mengingat
tingkat kerentanan dan pengelolaan peternakan, kasus kholera di Indonesia lebih
banyak ditemukan pada ayam petelur dibandingkan dengan ayam pedaging. Hal ini
terkait dengan masa pemeliharaan ayam pedaging yang cukup pendek, serta
kebiasaan peternak yang akan memanen ayamnya lebih cepat apabila ditemukan
kasus penyakit untuk mencegah kerugian yang besar. Kholera disebabkan oleh Pasteurella
multocida, bakteri gram negatif yang ditemukan oleh Louis Pasteur pada
tahun 1880-an. P. multocida sangat rentan terhadap disinfektan biasa,
sinar matahari dan panas. Akan tetapi masih bisa bertahan sekitar 1 bulan di
kotoran, 3 bulan di karkas dan antara 2-3 bulan di tanah yang lembab. Infeksi
dapat terjadi melalui rute mulut dan saluran pernafasan.
Kholera
dapat masuk ke peternakan melalui burung, tikus, orang atau peralatan yang
pernah kontak dengan penyakit. Penyebaran antar flok dapat disebabkan oleh
minuman yang terkontaminasi, kotoran dan discharge hidung.
Pada kasus
yang akut, kematian ayam merupakan gejala pertama yang nampak. Demam, turunnya
konsumsi pakan, discharge dari mulut, diare dan gejala pernafasan dapat pula
terlihat. Gejala lain termasuk sianosis dan pembengkakan jengger. Ayam yang
bertahan hidup menjadi kronis atau dapat pula sembuh, sedangkan yang lain bisa
mati karena dehidrasi. Pada kasus lebih lanjut, ayam akan menunjukan gejala
penurunan berat badan dan pincang karena infeksi pada persendian.
Pada awal
kasus angka kematian berkisar antara 5-15% bahkan bisa lebih tinggi apabila
terjadi bersamaan denga kasus penyakit lain. Angka kematian akan menurun sampai
2-5% ketika kasusnya menjadi kronis. Ayam yang tertular secara kronis dapat
mati, tetap tertular dalam jangka waktu yang panjang atau sembuh. Persentase
yang tinggi dari ayam di dalam flok akan menjadi carriers walaupun terlihat
normal atau sehat dan merupakan sumber utama penularan. Penyebaran P multocida
didalam flok terjadi melalui eksresi dari mulut, hidung, dan konjungtiva unggas
yang sakit dan kemudian mengkontaminasi lingkungan. Selain dari ayam yang
selamat dari bentuk akut, kasus kronis ditemukan pada ayam yang tertular agen
yang tidak terlalu ganas.
Ayam yang
tertular secara kronis akan mengeluarkan agen penyakit sepanjang hidupnya. P.
multocida dapat ditemukan dalam semua jaringan pada unggas yang mati dengan
gejala septicemia, sehingga praktek kanibalisme juga merupakan faktor
penyebaran yang sangat penting bagi penyakit ini.
Diagnosa
Diagnosa
positif hanya dapat dilakukan apabila dilakukan isolasi serta identifikasi P.
Multocida di laboratorium. Diagnosa tentatif bisa dilakukan berdasarkan
sejarah, gejala klinis dan patologi anatomi. Walaupun sejarah dan gejala klinis
menunjukan kemungkinan ditemukannya kholera, agen penyebab sebaiknya tetap
diisolasi sehinga isolat dapat diuji untuk tingkat kepekaannya terhadap
antibiotik.
Pencegahan
Pencegahan
terbaik adalah melalui penerapan biosecuriti yang baik, kontrol rodensia, dan
hygiene peternakan. Selain itu sebagai alat pencegahan, bacterin dapat
digunakan pada umur 8 dan 12 minggu serta vaksin pada umur 6 minggu. Semua
langkah dasar dari program biosekuriti diperlukan untuk mencegah masuknya
penyakit. Orang sebagai sumber penularan yang paling dominan harus dikontrol
dengan baik. Hanya orang-orang yang perlu masuk kandang saja yang bisa masuk
kedalam kandang dan inipun harus melalu prosedur pencucian tangan dengan sabun
dan kalau memang memungkinkan untuk selalu memakai pakaian kandang yang baru
dan sepatu boot yang bersih. Program sanitasi yang baik untuk kandang dan
peralatan juga sangat penting, terutama ketika persiapan memasukan unggas baru.
Hal yang paling penting adalah pembersihan dan disinfeksi peralatan pakan dan
minum. Pengawasan yang ketat untuk tiap pemasukan pakan, peralatan kandang dan
juga orang sangat diperlukan untuk mencegah masuknya kholera.
Berikut hal
yang perlu diperhatikan untuk mencegah kasus kholera:
1. Ayam
yang sakit dan mati di pisahkan dari ayam yang sehat untuk kemudian di
musnahkan (disposal yang baik)
2. Apabila wabah telah
terjadi, dilakukan depopulasi, pembersihan dan desinfeksi kandang serta
peralatan kandang
3.
Jeda waktu antara ayam tua yang di afkir dan penggantinya
4.
Kontrol rodensia dan hama lainnya
5. Sumber air minum yang
aman dan bersih
6. Mencegah kontak antara
ayam dengan hewan lain dan burung liar
7. Bacterin dan vaksinasi
8. Pengobatan Jenis sulfa dan antibiotik (sulfadimethoxine, sulfaquinoxaline,
sulfamethazine, sulfaquinoxalene, penicillin, tetracycline, erythromycin,
streptomycin).
Sumber :
Nama pengarang : Isharmanto Gonzaga
Judul : Penyakit pada ayam
Tanggal penerbitan : 30 Oktober 2010
Link : https://biologigonz.blogspot.co.id/2010/10/tetelo-ayam.html
https://tajenonline.com/10-langkah-untuk-mengawasi-kesehatan-ayam/
BalasHapusArtikel kamu bagus gan! aku selalu menunggu artikel kamu.. Sebagus artikel ini keuntungan ternak ayam potong
BalasHapus